Welcome to our blog

Kumpulan kisah inspiratif, ide-ide kreatif dan fakta unik yang menarik.

Sebagai sebuah bibit inspirasi baru untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan berperan menuju kejayaan Indonesia.

4 MISTERI KEJAYAAN INDONESIA

Saat ini, negeri kita Indonesia dianggap sebagai bangsa yang belum makmur,taraf kesejahteraan warganya rendah. Tingkat sumber daya manusia yang masih rendah, kita dilabeli sebagai bangsa yang masih tradisional dengan perkembangan teknologi yang belum maju. Sebagai sebuah bangsa yang dianugerahi dengan kekayaan alam yang melimpah, akal dan pikiran yang sama dengan bangsa lain seharusnya kita mampu menjadi bangsa yang besar, negeri makmur “ gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo.” Berikut saya coba uraikan hal- hal yang masih dianggap mitos ataupun misteri, yang apabila diantaranya ternyata benar ataupun terjadi ( mudah-mudahan benar semua ) tujuan bersama menuju Indonesia adil makmur akan tercapai.


1. Indonesia Adalah Atlantis Yang Hilang



Peradaban Atlantis merupakan Mitos yang kali pertama dicetuskan Filsuf Yunani Kuno bernama Plato (427 – 347 SM) dalam bukunya Critias dan Timaeus. Dalam kedua buku tersebut menceritakan tentang sebuah daratan raksasa dengan peradaban yang menakjubkan pada masa lampau. Atlantis bukanlah khayalan Plato, hal itu diceritakan turun-temurun dan diamini oleh banyak tokoh di masanya.

Atlantis menghasilkan emas dan perak yang banyak, hingga istananya yang megah dikelilingi tembok dari emas dan perak. Daerahnya kaya sumber daya alam dan perkembangan peradabannya pesat, memiliki pelabuhan dan armada kapal lengkap, juga benda yang mampu membuat orang terbang. Kekuasaannya mencakup wilayah yang luas hingga Eropa dan Afrika. Setelah hanyut dilanda gempa dahsyat, wilayah itu menghilang dan terlupakan. Jika uraikan Plato nyata, maka ribuan tahun silam manusia telah menciptakan peradaban yang tinggi yang mungkin melebihi peradaban masa kini.

Hilangnya Peradaban Atlantis ribuan tahun, membuat banyak orang meneliti dan mencari keberadaan nya. Hingga banyak sekali versi dan cerita terungkapnnya Kota Atlantis, tetapi hingga kini hal itu belum ada yang terbukti nyata.

Menurut penelitian mutakhir Arsyso Santos selama 30 tahun, dalam bukunya Atlantis, The Lost Continent Finally Foun, The Definitive Localization Of Plato’s Lost Civilization (2005) menegaskan bahwa Atlantis berada di wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah,cuaca,kekayaan alam,gunung berapi dan cara bertani di Indonesia. Menurutnya sistem terasisasi (berundak) sawah di Indonesia diadopsi dari Candi Borobudur, Piramida Mesir dan Kuil Aztec di Meksiko.

Wilayah Indonesia pada ribuan tahun silam merupakan suatu benua yang menyatu,tidak terpecah-pecah ribuan pulau seperti sekarang. Hal ini serupa dengan Atlantis yang merupakan sebuah benua dengan puluhan gunung berapi aktif dan dikeliling oleh 2 samudra yang menyatu (Orientale), yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Wilayahnya terbentang dari selatan India, Sri Langka, Sumatra, jawa, Kalimantan hingga ke arah timur dengan wilayah yang disebut Indonesia sekarang ini sebagai pusatnya.

Terjadi letusan secara hampir bersamaan berbagai gunung berapi masa itu di wilayah Atlantis seperti, letusan Gunung Meru di India Selatan, Gunung Sumeru di Jawa Timur, Gunung di Sumatera hingga terbentuk Danau Toba dan Letusan Gunung Krakatau yang membelah Sumatera dengan Jawa. Karena berbagai letusan tersebut, menyebabkan lapisan es di kutub mencair dan mengalir ke samudra hingga luasnya bertambah. Terjadi efek beruntun dengan terjadinya gempa dan tsunami yang berakibat terpendamnya sebagian besar wilayah Atlantis.

Indonesia dianggap sebagai Atlantis yang hilang, hal yang seharusnya membuat kita bersyukur. Pada masa Atlantis merupakan pusat peradaban dunia, negeri makmur dengan sumber daya melimpah. Pun membuat kita belajar sebagai daerah rawan bencana, dari sejarah dan dengan teknologi mutakhir berusaha membangun Indonesia baru.


2. Indonesia Kuburan Harta Karun

Banyak harta karun yang bertebaran di wilayah Indonesia, baik di daratan terlebih lagi di lautan. Sebelum Bangsa Eropa menguasai wilayah Nusantara abad ke 15, Indonesia merupakan daerah perdagangan yang ramai. Menghubungkan perdagangan India, Timur Tengah, Cina dan orang-orang Eropa.

Dalam masa itu tak terhitung kapal yang hilang dan karam di perairan Nusantara. Dalam beberapa catatan ratusan kapal Cina pengangkut harta dan keramik berharga hilang, 800 kapal Portugis hilang sejak 1650 dalam perjalanan ke Atlantik Selatan dan Asia Tenggara, lebih dari 7.000 hilang dalam catatan English East India Company (EIC) dan 105 kapal VOC Belanda hilang dalam pelayaran antara 1602-1794, kesemua kapal tersebut bermuatan barang-barang berharga.

Berbagai peninggalan tersebut sudah banyak ditemukan. Setelah terjadinya Tsunami Aceh, beberapa titik di perairan Mentawai Sumatera ditemukan harta karun dari kapal Cina dan kapal dagang VOC yang karam.

Harta karun senilai Rp. 720 Miliar berupa 250.000 benda keramik, Kristal, permata dan emas ditemukan di perairan Cirebon, Jawa Barat tahun 2005 oleh eksplorasi pihak asing . Namun barang tersebut akhirnya dilego pada kolektor di Singapura.

Di Pulau Onrust daerah Teluk Jakarta diindikasikan terdapat penyimpanan harta karun VOC Belanda. Hal ini berdasar keganjilan sejarah tentang VOC yang bangkrut secara mendadak , karena merupakan institusi dagang Belanda yang besar dan telah lama mengeruk kekayaan alam Indonesia. Konon jumlah harta di Pulau Onrust bisa untuk melunasi Utang Indonesia.

Harta Karun yang tak kalah banyak adalah peninggalan Kerajaan-Kerajaan Nusantara. Dari kerajaan di Jawa seperti Singosari, Majapahit, Mataram, Pajajaran hingga Kerajaan di Sumatera , Kalimantan dan Daerah timur Indonesia menyimpan banyak sekali peninggalan harta karun. Menurut mitos harta karun tersebut tersimpan di alam gaib, tak bisa ditemukan dengan mudah. Harta-harta tersebut akan dapat ditemukan oleh “orang yang terpilih.” Telah banyak peninggalan dari kerajaan berupa perhiasan dan perlengkapan istana yang diketemukan tak sengaja, melalui penelitian ataupun orang yang memperoleh wangsit (petunjuk gaib).

Banyaknya harta yang terpendam di perairan dan daratan Nusantara selama ini belum dikelola baik oleh Pemerintah Indonesia, sayangnya lagi hal itu justru banyak menjadi incaran arkeolog dan pemburu harta karun untuk tujuan komersil pribadi.


3. Peninggalan Dana Revolusi Era Soekarno

Pada tahun 1906 terjadilah ikrar raja-raja nusantara yang di prakasai oleh Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker (umumnya dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi, Soetomo, Raden Adipati Tirtokoesoemo (presiden pertama Budi Utomo), Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat dan Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto dalam ikrar tersebut ditumbuhkannya rasa nasionalisme “tanah air (Indonesia) diatas segala-galanya”. Pada saat itu seluruh raja-raja nusantara menyumbangkan sebagian asset mereka untuk membantu perjuangan. (Dana Perjuangan). Sebagian dana itu dipakai untuk biaya perjuangan dan sebagian lagi disimpan di luar negeri.

Dana perjuangan lebih dikenal dengan Dana Revolusi / Dana Amanah mulai dihimpun lagi pada masa setelah kemerdekaan, dana revolusi yang dihimpun berdasar perpu no.19 tahun 1960. Isinya antara lain, mewajibkan semua perusahaan negara menyetorkan lima persen dari keuntungannya pada pemerintah bagi Dana Revolusi. Yang disebut perusahaan negara itu, termasuk pula berbagai perusahaan Belanda yang baru dinasionalisasikan, seperti perkebunan-perkebunan besar. Konon berjumlah ratusan juta dolar tersimpan di luar negeri.

Salah satu sumber Dana Revolusi terbesar adalah adanya "Perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement Geneva" dibuat dan ditandatangani pada 21 November 1963 di hotel Hilton Geneva oleh Presiden AS John F Kennedy dan Presiden RI Ir Soekarno dengan saksi tokoh negara Swiss William Vouker. Perjanjian ini menyusul MoU diantara RI dan AS tiga tahun sebelumnya. Point penting perjanjian itu; Pemerintahan AS (selaku pihak I) mengakui 50 persen keberadaan emas murni batangan milik RI, yaitu sebanyak 57.150 ton dalam kemasan 17 paket emas dan pemerintah RI (selaku pihak II) menerima batangan emas itu dalam bentuk biaya sewa penggunaan kolateral dolar yang diperuntukkan pembangunan keuangan AS.

Dalam point penting lain pada dokumen perjanjian itu, tercantum klausul yang memuat perincian; atas penggunaan kolateral tersebut pemerintah AS harus membayar fee 2,5 persen setiap tahunnya sebagai biaya sewa kepada Indonesia, mulai berlaku jatuh tempo sejak 21 November 1965 (dua tahun setelah perjanjian). Account khusus akan dibuat untuk menampung asset pencairan fee tersebut. Maksudnya, walau point dalam perjanjian tersebut tanpa mencantumkan klausul pengembalian harta, namun ada butir pengakuan status koloteral tersebut yang bersifat sewa (leasing). Biaya yang ditetapkan dalam dalam perjanjian itu sebesar 2,5 persen setiap tahun bagi siapa atau bagi negara mana saja yang menggunakannya.

Biaya pembayaran sewa kolateral yang 2,5 persen ini dibayarkan pada sebuah account khusus atas nama The Heritage Foundation (The HEF) yang pencairannya hanya boleh dilakukan oleh Bung Karno sendiri atas persetujuan Sri Paus Vatikan. Sedang pelaksanaan operasionalnya dilakukan Pemerintahan Swiss melalui United Bank of Switzerland (UBS). Kesepakatan ini berlaku dalam dua tahun ke depan sejak ditandatanganinya perjanjian tersebut, yakni pada 21 November 1965.

Sepenggal kalimat penting dalam perjanjian tersebut => ”Considering this statement, which was written andsigned in Novemver, 21th 1963 while the new certificate was valid in 1965 all the ownership, then the following total volumes were justobtained.” Perjanjian hitam di atas putih itu berkepala surat lambang Garuda bertinta emas di bagian atasnya dan berstempel ’The President of The United State of America’ dan ’Switzerland of Suisse’.

Berbagai otoritas moneter maupun kaum Monetarist, menilai perjanjian itu sebagai fondasi kolateral ekonomi perbankan dunia hingga kini. Ada pandangan khusus para ekonom, AS dapat menjadi negara kaya karena dijamin hartanya ’rakyat Indonesia’, yakni 57.150 ton emas murni milik para raja di Nusantara ini. Pandangan ini melahirkan opini kalau negara AS memang berutang banyak pada Indonesia, karena harta itu bukan punya pemerintah AS dan bukan punya negara Indonesia, melainkan harta raja-rajanya bangsa Indonesia.

Bagi Politikus AS sendiri, perjanjian The Green Hilton Agreement merupakan perjanjian paling tolol yang dilakukan pemerintah AS. Karena dalam perjanjian itu AS mengakui asset emas bangsa Indonesia. Sejarah ini berawal ketika 350 tahun Belanda menguasai Jawa dan sebagian besar Indonesia. Ketika itu para raja dan kalangan bangsawan, khususnya yang pro atau ’tunduk’ kepada Belanda lebih suka menyimpan harta kekayaannya dalam bentuk batangan emas di bank sentral milik kerajaan Belanda di Hindia Belanda, The Javache Bank (cikal bakal Bank Indonesia). Namun secara diam-diam para bankir The Javasche Bank (atas instruksi pemerintahnya) memboyong seluruh batangan emas milik para nasabahnya (para raja-raja dan bangsawan Nusantara) ke negerinya di Netherlands sana dengan dalih keamanannya akan lebih terjaga kalau disimpan di pusat kerajaan Belanda saat para nasabah mempertanyakan hal itu setelah belakangan hari ketahuan.

Waktu terus berjalan, lalu meletuslah Perang Dunia II di front Eropa, dimana kala itu wilayah kerajaan Belanda dicaplok pasukan Nazi Jerman. Militer Hitler dan pasukan SS Nazi-nya memboyong seluruh harta kekayaan Belanda ke Jerman. Sialnya, semua harta simpanan para raja di Nusantara yang tersimpan di bank sentral Belanda ikut digondol ke Jerman.

Perang Dunia II front Eropa berakhir dengan kekalahan Jerman di tangan pasukan Sekutu yang dipimpin AS. Oleh pasukan AS segenap harta jarahan SS Nazi pimpinan Adolf Hitler diangkut semua ke daratan AS, tanpa terkecuali harta milik raja-raja dan bangsawan di Nusantara yang sebelumnya disimpan pada bank sentral Belanda. Maka dengan modal harta tersebut, Amerika kembali membangun The Federal Reserve Bank (FED) yang hampir bangkrut karena dampak Perang Dunia II, oleh ’pemerintahnya’ The FED ditargetkan menjadi ujung tombak sistem kapitalisme AS dalam menguasai ekonomi dunia.

Belakangan kabar ’penjarahan’ emas batangan oleh pasukan AS untuk modal membangun kembali ekonomi AS yang sempat terpuruk pada Perang Dunia II itu didengar pula oleh Ir Soekarno selaku Presiden I RI yang langsung meresponnya lewat jalur rahasia diplomatic untuk memperoleh kembali harta karun itu dengan mengutus Dr Subandrio, Chaerul saleh dan Yusuf Muda Dalam walaupun peluang mendapatkan kembali hak sebagai pemilik harta tersebut sangat kecil. Pihak AS dan beberapa negara Sekutu saat itu selalu berdalih kalau Perang Dunia masuk dalam kategori Force Majeur yang artinya tidak ada kewajiban pengembalian harta tersebut oleh pihak pemenang perang.

Namun dengan kekuatan diplomasi Bung Karno akhirnya berhasil meyakinkan para petinggi AS dan Eropa kalau asset harta kekayaan yang diakuisisi Sekutu berasal dari Indonesia dan milik Rakyat Indonesia. Bung Karno menyodorkan fakta-fakta yang memastikan para ahli waris dari nasabah The Javache Bank selaku pemilik harta tersebut masih hidup !!

Nah, salah satu klausul dalam perjanjian The Green Hilton Agreement tersebut adalah membagi separoh separoh (50% & 50%) antara RI dan AS-Sekutu dengan ’bonus belakangan’ satelit Palapa dibagi gratis oleh AS kepada RI. Artinya, 50 persen (52.150 ton emas murni) dijadikan kolateral untuk membangun ekonomi AS dan beberapa negara eropa yang baru luluh lantak dihajar Nazi Jerman, sedang 50 persen lagi dijadikan sebagai kolateral yang membolehkan bagi siapapun dan negara manapun untuk menggunakan harta tersebut dengan sistem sewa (leasing) selama 41 tahun dengan biaya sewa per tahun sebesar 2,5 persen yang harus dibayarkan kepada RI melalui Ir.Soekarno. Kenapa hanya 2,5 persen ? Karena Bun Karno ingin menerapkan aturan zakat dalam Islam.

Pembayaran biaya sewa yang 2,5 persen itu harus dibayarkan pada sebuah account khusus a/n The Heritage Foundation (The HEF) dengan instrumentnya adalah lembaga-lembaga otoritas keuangan dunia (IMF, World Bank, The FED dan The Bank International of Sattlement/BIS). Kalau dihitung sejak 21 November 1965, maka jatuh tempo pembayaran biaya sewa yang harus dibayarkan kepada RI pada 21 November 2006. Berapa besarnya ? 102,5 persen dari nilai pokok yang banyaknya 57.150 ton emas murni + 1.428,75 ton emas murni = 58.578,75 ton emas murni yang harus dibayarkan para pengguna dana kolateral milik bangsa Indonesia ini.

Padahal, terhitung pada 21 November 2010, dana yang tertampung dalam The Heritage Foundation (The HEF) sudah tidak terhitung nilainya. Jika biaya sewa 2.5 per tahun ditetapkan dari total jumlah batangan emasnya 57.150 ton, maka selama 45 tahun X 2,5 persen = 112,5 persen atau lebih dari nilai pokok yang 57.150 ton emas itu, yaitu 64.293,75 ton emas murni yang harus dibayarkan pemerintah AS kepada RI. Jika harga 1 troy once emas (31,105 gram emas ) saat ini sekitar 1.500 dolar AS, berapa nilai sewa kolateral emas sebanyak itu ?? Hitung sendiri aja !!

Mengenai keberadaan account The HEF, tidak ada lembaga otoritas keuangan dunia manapun yang dapat mengakses rekening khusus ini, termasuk lembaga pajak. Karena keberadaannya yang sangat rahasia. Makanya, selain negara-negara di Eropa maupun AS yang memanfaatkan rekening The HEF ini, banyak taipan kelas dunia maupun ’penjahat ekonomi’ kelas paus dan hiu yang menitipkan kekayaannya pada rekening khusus ini agar terhindar dari pajak. Tercatat orang-orang seperti George Soros, Bill Gate, Donald Trump, Adnan Kasogi, Raja Yordania, Putra Mahkota Saudi Arabia, bangsawan Turko dan Maroko adalah termasuk orang-orang yang menitipkan kekayaannya pada rekening khusus tersebut.

Pada masa Pemerintahan Soeharto hingga Megawati telah diadakan suatu operasi untuk mengembalikan dana tersebut ke Indonesia. Bahkan para bankir hitam kelas dunia, CIA dan MOSSAD (agen rahasia Israel) berusaha keras untuk mendapatkan user account dan PIN The HEF tersebut, termasuk mencari tahu siapa yang diberi mandat Ir Soekarno terhadap account khusus itu. Namun usaha puhak-pihak yang mencoba mendapatkan harta tersebut belum menghasilkan, Ir Soekarno atau Bung Karno tidak pernah memberikan mandat kepada siapa pun. Artinya pemilik harta rakyat Indonesia itu tunggal, yakni atas nama Bung Karno sendiri. Sampai saat ini !!!


4. Akan Datangnya Ratu Adil

Menurut beberapa sumber yang diyakini mayarakat, menyebutkan akan adanya “Roda Cokro Manggilingan” (Penggulangan Sejarah) dan datangnya sosok pemimpin yang akan membawa Indonesia ke masa keemasannya. Diantaranya adalah bait syair Jayabaya, Serat Musarar Jayabaya, Ramalan Sabdo Palon Noyo Genggong, Serat Kalatidha R.Ng. Ronggowarsito, Serat Darmogandhul, Wangsit Siliwangi, dan hadist Nabi Muhammad SAW semuanya lengkap dalam konteks yang tersirat di dalamnya (lengkapnya di sini).

Dalam bab akhir Jangka Jayabaya, menyebutkan pasca goro-goro besar melanda planet bumi (antara lain terjadi kiamat bumi, perang besar, perang dunia, serangan jatuhnya benda angkasa, badai matahari, bencana alam terus-menerus) dan pulihnya jagad bumi manusia seperti sediakala menjadi normal kembali maka tatkala itulah akan tampil ke depan memimpin rakyat Nusantara, sang Ratu Adil sejati atau yang lebih popular disebut "satrio piningit" ataupun "satrio pinandito sinisihan wahyu". Sang pemimpin yang adil bijaksana ini akan didampingi titisan atau reinkarnasi terbaru Sabdo Palon, mereka berdua bersama memimpin kejayaan Nusantara dan bumi selatan yang berpenduduk bangsa kulit berwarna. Sedangkan bangsa kulit putih dan bangsa berkulit kuning bukan menjadi urusan beliau. Demikian garis besar ucapan Sabdo Palon tatkala muncul pertama kali setelah menghilang selama limaratus tahun sejak runtuhnya Majapahit. Sabdo Palon merupakan penasihat Jayabaya raja Kediri, dan kemudian menitis kembali menjadi penasihat Prabu Brawijaya V.

Ramalan ( Jangka) Joyoboyo berkenaan munculnya sang Ratu Adil juga sesuai menurut Uga Wangsit Prabu Siliwangi tentang pendamping Ratu Adil yakni pemuda berjanggut, dan juga sesuai ucapan Sabdo Palon, kedua pemimpin Nusantara tersebut adalah dwi-tunggal satu sama lain saling melengkapi dan tidak saling bertentangan. Tugas atau peran Sabdo Palon ialah mengadakan "fit and propher test" terhadap "Ratu Adil" satrio piningit. Sabdo Palon memang telah muncul akan tetapi Ratu Adil "Satrio Piningit" belum ada atau belum maju ke hadapan Sabdo Palon. Mengapa? Ratu Adil "Satrio Piningit" belum menerima wahyu Illahi atau pulung gaib wahyu keprabon karena memang belum tiba saat yang tepat. Kapan dan di mana keberadaan Sabdo Palon (yang tengah menghilang kembali) dan calon Ratu Adil "Satrio Piningit" memang belum ditemukan selama mereka belum muncul karena sebab besar atau goro-goro besar belum terjadi. Dalam teori revolusi mbah Karl Marx dan mbah Lenin, "seorang pemimpin akan selalu muncul dengan sendirinya tatkala segenap rakyat sudah siap dan matang untuk mengadakan revolusi." Pemimpin revolusi tidak akan mengumumkan kapan memulai suatu revolusi, rakyatlah yang merasa kehidupannya penuh derita tiada akhir dan negara tak peduli pada keadaan yang menyengsarakan bagi rakyat, sehingga pada akhirnya rakyat tidak lagi mempercayai negara. Tatkala itulah seorang pemimpin bakal tampil maju ke depan untuk memimpin rakyat yang sudah matang hendak mengadakan revolusi.

Inilah bait yang menggambarkan kemunculan Ratu Adil "satrio piningit" yang dilontarkan oleh Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo dari Kediri pada abad keduabelas masehi (1100-an) :
“ selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu, bakal ana dewa ngejawantah, apengawak manungsa.”

Kelak menjelang tutup tahun sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu (1988 Saka atau 2066 Masehi). Akan muncul dewa turun ke bumi yang berwujud seorang manusia (Ratu Adil yang secara populer disebut "Satrio Piningit").

Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu, sosok dalam ramalan Ronggowarsito sebagai penyempurnaan daripada Ramalan Joyoboyo adalah manusia terpilih pengemban pulung gaib wahyu keprabon, dan kelak akan marak sebagai Ratu Adil yang diemong oleh Sabdo Palon.

Pemerintahan dalam tatanan dunia baru yang berpusat di salah satu pulau di Nusantara itu berbentuk kerajaan, tepatnya adalah kerajaan Jawa modern, ajaran lama yang diperbarui akan bergairah kembali, termasuk di dalamnya sifat-sifat kejawen yang telah direformasi sesuai dengan jamannya sangatlah dominan dalam ajaran tersebut.

Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan bahwa Imam Mahdi pasti datang di akhir zaman. Ia akan memimpin ummat Islam keluar dari kegelapan kezaliman dan kesewenang-wenangan menuju cahaya keadilan dan kejujuran yang menerangi dunia seluruhnya.

“Andaikan dunia tinggal sehari sungguh Allah akan panjangkan hari tersebut sehingga diutus padanya seorang lelaki dari ahli baitku namanya serupa namaku dan nama ayahnya serupa nama ayahku. Ia akan penuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan penganiayaan.” (HR abu Dawud 9435). Hadist ini memberikan kabar akan munculnya pemimpin di negeri Islam yang sedang bergolak. Sebagian kalangan muslim percaya akan muncul pemimpin baru Islam bermukjizat, dan menyebutnya Imam Mahdi ( Pemimpin yang terpilih). Ia akan menghantarkan rakyat meninggalkan babak era para penguasa diktator yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Tuhan menuju babak tegaknya kembali kekhalifahan Islam yang mengikuti manhaj, sistem atau metode Kenabian. Lelaki itu keturunan Nabi Muhammad SAW, akan mengantarkan ummat Islam menuju babak Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah. Imam Mahdi akan berperan sebagai panglima di akhir zaman untuk memerangi para Mulkan Jabriyyan (Para Penguasa Diktator) yang telah lama bercokol di berbagai negeri-negeri di dunia.

Beberapa pendapat memparalelkan Imam Mahdi menurut Hadist Nabi Muhammad SAW dengan Ratu Adil versi Ramalan Jayabaya, dengan dalih bahwa Jayabaya telah memeluk Agama Islam dan mendapatkan petunjuk Illahiah sehingga dapat memaparkan ramalan-ramalan tersebut. Pendapat lain bahwa istilah Ratu Adil adalah hasil transfer bahasa dan makna dari dalam hadist oleh para wali (Sunan Bonang, Sunan Giri dan Sunan Kalijaga).

Terlepas dari semua uraian saya tentang Misteri Kejayaan Indonesia, tidaklah menjadikan kita menjadi orang yang percaya takhyul ( musyrik ) dan mengada-ada, karena semua ini berdasar penelitian dan sumber sejarah. Semoga hal ini mampu memacu semangat kita untuk berkarya, menjadikan Indonesia Berjaya !!!

ADOLF HITLER MASUK ISLAM DAN MATI DI INDONESIA


Dari sekian banyak informasi yang ada tentang kematian Hitler, tidak ada satupun yang dapat menyebutkan secara pasti apa penyebab kematian sang diktator Nazi ini. Bagaimanakah sebenarnya akhir dari petualangan Hitler itu? Benarkah Hitler bersama istrinya Eva Braun bunuh diri setelah minum racun sianida?
Lantas bagaimanakah hasil otopsi pihak Amerika ketika tengkorak Hitler dipamerkan pada tahun 2000 lalu, yang ternyata adalah tengkorak wanita? Dimanakah sebenarnya keberadaan Hitler setelah jatuhnya Berlin di tangan sekutu?


Beberapa Versi Tentang Kematiannya

Versi yang paling populer menyebutkan bahwa Hitler tewas bunuh diri dengan cara menembak dirinya sendiri dan minum racun sianida pada 30 April 1945, saat Jerman diduduki oleh Uni Soviet.
Meski sejumlah ahli sejarah ragu Hitler menembak dirinya, dan menduga hal itu hanyalah propaganda Nazi untuk menjadikan Hitler sebagai pahlawan.
Namun, lubang pada potongan tengkorak itu tampak menguatkan argumen tersebut ketika tengkorak itu dipamerkan di Moskow tahun 2000. Bagaimana dan kapan Hitler meninggal sekarang ini masih diselimuti misteri.
Berita Kematian Adolf Hitler
Dapat dijumpai penjelasan tentang penyebab dan kapan Hitler mati dari beberapa versi. Ada kematian versi Jerman, versi Rusia, dan versi para peneliti atau ilmuwan.

Versi Jerman, seperti yang diceritakan oleh Flegel, salah satu perawat Hitler dan petinggi Nazi lainnya saat di dalam bunker.

Versi Rusia, yang dinyatakan oleh seorang pejabat tinggi dinas rahasia Rusia, KGB, yang mengklaim, bahwa Adolf Hitler mengakhiri hidupnya tidak dengan menembak dirinya sendiri, tetapi dengan meminum racun sianida.
Seperti yang dinyatakan oleh Letnan Jenderal Vasily Khristoforov, staf arsip untuk dinas keamanan FSB Rusia, “Paramedia militer Uni Soviet kala itu telah memastikan bahwa Hitler dan Eva Braun tewas setelah minim racun sianida pada 30 April 1945.”

Versi para ilmuwan, terakhir adalah menurut pendapat umum dalam hal ini diwakili oleh para ilmuwan. Sudah lama sebenarnya para ilmuwan dan ahli sejarah menyatakan bahwa potongan tengkorak yang telah diambil dari luar bunker Hitler oleh tentara Rusia dan selama ini disimpan intelijen Soviet itu akan menjadi bukti yang meyakinkan bahwa menembak dirinya hingga tewas setelah minum pil sianida pada 30 April 1945.
Akhirnya dilakukan analisis DNA terhadap potongan tengkorak itu oleh peneliti Amerika, dan mereka menyatakan, “kami tahu tengkorak itu berhubungan dengan seorang perempuan berusia antara 20 dan 40 tahun,” kata ahli arkelogi Nick Bellantoni dari Universitas Connecticut, AS, dikutip dari Dailymail.
Tulang itu kelihatan sangat tipis, tulang tengkorak laki-laki cenderung lebih kuat. Dan persambungan di mana lempengan tengkorak itu menyatu tampak berhubungan dengan seseorang yang berusia kurang dari 40 tahun. Hitler pada April 1945 berusia 56 tahun.
Dengan adanya hasil tes DNA tersebut, berarti sejarah kematian Hitler menjadi sebuah misteri kembali, dan para ahli teori konspirasi harus memikirkan kembali kemungkinan-kemungkinan lain tentang kematian Hitler, seperti mungkin saja Hitler tidak mati dalam bunker.

Sekilas Tentang Adolf Hitler

Mengenai masa kecil, masa remaja, sampai dengan ketika menjadi seorang diktator, Hitler kecil adalah seorang anak yang tertolak, ayahnya sangat membencinya dan mengenggap perilakunya yang “antisosial” sebagai sebuah kutukan.
Ayahnya seorang yang keras dalam mendidik anak, sedang ibunya (Klara) sangat baik kepadanya. Masa kecil yang diliputi dengan kebencian dari ayahnya inilah yang memberikan andil besar dalam pembentukan mental dan kejiwaan Hitler saat dewasa.
Ketika hidupnya sulit, Perang Dunia 1 pun pecah. Tanpa ragu-ragu Hitler mendaftar menjadi tentara dengan pangkat Kopral, bertugas di medan perang di barisan paling depan. Kecewa dengan kekalahan Jerman di Perang Dunia 1, dan melihat negara dan rakyatnya yang sengsara dan kelaparan, Hitler pun masuk menjadi Anggota Partai Buruh yang kemudian menjadi NSDAP (National Socialistische Deutsche Arbeiter Partei).
Tahun 1920, Hitler menjadi Kepala Bagian Propaganda, disinilah terlihat bakat Hitler di bidang pidato dan agitasi. Satu tahun kemudian, 1921, akhirnya Hitler menjadi ketua partai. Akhirnya pada tahun 1962 Hitler mendapatkan wewenang mutlak dari partainya. Dan Hitler adalah seorang orator ulung ”singa podium”, ahli pidato yang bisa menghipnotis massa pendengarnya.
Hitler adalah politikus handal dan berhasil membangun pencitraan yang sukses melalui propaganda. Ia berhasil membangun opini menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang sukses melalui propaganda. Ia berhasil membangun opini menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang ditakuti. Ia juga berhasil membangun opini sebagai fuhrer atau pemimpin yang dapat dipercaya rakyatnya, membawa bangsanya ke puncak kejayaan.

Bukti-Bukti Hitler di Indonesia

Surat Izin Masuk Dr. Poch
Bagaimana caranya Hitler sampai ke Indonesia? bisa menjadi WNI? Bagaimana dia bekerja menjadi seorang dokter di Rumah Sakit Umum Sumbawa Besar? dan sampai dengan pertemuan Hitler dengan seorang wanita sunda yang akhirnya menjadi istrinya? Juga tentang kesaksian dr Sosro Husodo saat bertemu dengan Hitler ketika di Sumbawa Besar. Dan semuanya dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung serta foto-foto yang akurat.
Hitler yang terkenal sangat bengis di abad ke 20, ternyata bersembunyi di Indonesia sejak tahun 1954 sampai dengan tahun 1970, yang kemudian tercium oleh Sekutu (AS, Uni Sovyet, Inggris dan Prancis) yang selanjutnya diusut oleh Pemerintah Israel yang terus-menerus mengejar para tokoh Nazi.
Pada tahun 1954 Adolf Hitler masuk ke Indonesia dengan menggunakan nama palsu, dr Poch. Pada awalnya dr Poch tinggal di Dompu lalu pindah ke Bima, selanjutnya pindah ke Kabupaten Sumbawa Besar, kemudian bekerja menjadi dokter di Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa Besar. Seluruh penduduk pulau Sumbawa kenal dengan dokter ini, yang di panggil dengan julukan “dokter Jerman”.
Salah satu peninggalan Adolf Hitler meninggal pada tanggal 15 Januari 1970 di Surabaya, yaitu buku catatan kecil berwarna cokelat ukuran 9×16 cm dengan tebal 44 cm. Di dalam buku itu tertulis puluhan address book teman-teman dan kolega Hitler yang sama, seperti yang ada di sejarah Eropa. Begitu pula tulisan tangan yang dibuatnya dibuku-buku tersebut sangat identik dan mirip dengan tulisan tangan Hitler. Buku ini mempunyai arti yang sangat besar, karena merupakan salah satu bukti otentik yang menyatakan bahwa “dr Poch” adalah dewa-Nazi, Adolf Hitler.

Foto Pernikahan Dr. Poch dan Sulaesih

Kemudian Hitler bertemu dengan seorang gadis bernama Sulaesih yang sedang menggembara ke Sumbawa Besar, yang akhirnya dilamar oleh Hitler. Tidak lama setelah dr Poch melamar Sulaesih, beliau memeluk agama Islam pada tahun 1964, yang disaksikan oleh Ketua Kantor Agama di Sumbawa, (tapi sayang Sulaesih lupa namanya) dan mengganti namanya menjadi Abdul Kohar. Pada tahun 1965 Hitler pun menikahinya. Aries Zulkarnaen, salah satu saksi keberadaan dr Poch pada tahun 2010 lalu mengatakan dokter itu punya dua kepribadian yang bertolak belakang, pemarah namun sering bercanda dengan warga. “Dia pemarah, banyak memberi resep dengan mulut [menyebutkan nama obat], tapi kalau ada yang tanya lagi, dia bilang, kan sudah saya bilang,” kata Aries. Poch juga akan marah jika pasiennya menyebut penyakit yang mereka derita. “Apa kamu dokter?,” kata Aries, menirukan gertakan yang sering diucapkan Poch. Ditambahkan Aries, Poch yang dia kenal juga humoris. “Nggak takut guyon dengan masyarakat,” kata dia. Yang paling menonjol dari Poch, ungkap Aries, adalah caranya menyetir mobil Jeep kap terbukanya. “Jalan-jalan di Sumbawa dulu belum bagus, tapi dia menyetir dengan satu jari. Luar biasa,” kata Aries.  “Itu tanda-tanda dia mantan tentara,” tambah Aries.
Meski tak pernah menyangka bahwa Poch adalah Hitler, Aries mengaku masyarakat memperkirakan dia mantan tentara Nazi. “Dia sangat enerjik, kelihatan sekali tentaranya. Warga saat itu sudah mengira dia mantan tentara NAZI,” jelas dia.
Sebelumnya, di Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983 terdapat sebuah artikel tentang Hitler. Penulisnya bernama dr Sosrohusodo, dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertugas di kapal yang dijadikan rumah sakit bernama ‘Hope’ di Sumbawa Besar.
Dr Sosrohusodo menceritakan pengalamannya bertemu dengan dokter tua asal Jerman bernama Poch di Pulau Sumbawa Besar tahun 1960. Poch adalah pimpinan sebuah rumah sakit terbesar di pulau tersebut. Orang itu diduga Hitler. Bukti-bukti yang diajukan Sosrohusodo, adalah bahwa dokter tersebut tak bisa berjalan normal. Dia selalu menyeret kaki kirinya ketika berjalan. Kemudian tangannya, kata Sosrohusodo, tangan kiri dokter Jerman itu selalu bergetar. Dia juga punya kumis vertikal mirip Charlie Chaplin, dan kepalanya gundul. Kondisi ini diyakini mirip dengan gambaran Hilter di masa tuanya, yang di ditemukan di sejumlah buku biografi sang Fuhrer. Saat bertemu dengannya di tahun 1960, orang yang diduga Hitler berusia 71 tahun.
Menurut Sosrohusodo, dokter asal Jerman yang dia temui sangat misterius. Dia tidak punya lisensi untuk jadi dokter, bahkan dia sama sekali tak punya keahlian tentang kesehatan. Sosro mengaku pernah memeriksa tangan kiri Poch yang selalu bergetar. Saat menanyakan kapan gejala ini mulai terjadi, Poch lalu bertanya pada istrinya yang lalu menjawab, “ini terjadi ketika Jerman kalah di pertempuran dekat Moskow. Saat itu Goebbels mengatakan padamu bahwa kau memukuli meja berkali-kali.” Goebbels yang disebut istri Poch diduga adalah Joseph Goebbe, menteri propaganda Jerman yang dikenal loyal dengan Hilter. Kata Sosro, istri Poch, yang diduga Eva Braun, beberapa kali memanggil suaminya ‘Dolf’, yang diduga kependekan dari Adolf Hitler.

Hitler Mati di Indonesia

Pengakuan Hitler kepada istrinya yang berasal dari Indonesia, Sulaesih, bahwa dia adalah memang Hitler yang sebenarnya, Der Fuhrer. Apa saja kegiatan Hitler sebelum dia meninggal? Terdapat pernyataan Stanlin, bahwa yang tewas di dalam bunker di Jerman bukanlah Hitler asli. Dan dibagian akhir ini menceritakan bagaimana akhirnya sang diktator itu meninggal di Indonesia.
Selama ini kematian Hitler memang sangat misterius, karena tidak ada saksi yang dapat menunjukkan dimana mayat Hitler ataupun mayat Eva Braun, istri terakhirnya pada saat di Eropa. Di Konferensi Postdam tahun 1945, Stanlin menyatakan bahwa mayat Hitler dan Eva Braun tidak ditemukan. Stanlin menduga, dewa Nazi ini lolos dan melarikan diri ke Spanyol atau Amerika Latin.Dan tak berapa lama ada kabar yang mengatakan Hitler kabur menggunakan kapal selam ke sebuah pulau. Tapi tidak ada yang tahu pulau apa dan dimana.
Dunia internasional sama sekali tidak menyadarinya bahwa seorang pemimpin Nazi yang sangat kejam itu bersembunyi dengan aman di Sumbawa Besar, sampai meninggal di Surabaya dan dimakamkan di pemakaman umum muslim di Ngagel.

Penutup


Kematian Diktator Jerman, Adolf Hitler yang diyakini tewas bunuh diri di sebuah bunker, pada tanggal 30 April 1945 di Berlin, tetap masih dipertanyakan dan menjadi misteri.

Makam Dr. Poch di Pemakaman Umum Muslim Ngagel, Surabaya.

Indocropcircles - Pada akhir bulan Maret 2012 lalu mencoba membuktikan dengan mencari makam tersebut dan ternyata memang ada. Pada saat mendekati makam, pagar yang melingkarinya dipenuhi oleh jemuran, lalu ada seorang nenek yang memindahkan jemuran-jemuran tersebut. Kini, makam tersebut dirawat oleh seorang nenek yang menjaganya dan meneruskannya dari suami sang nenek yang lebih dahulu telah merawat makam tersebut selama puluhan tahun, yang kini sudah meninggal. Si nenek kini menggantikannya dan ia menceritakan bahwa makam tersebut adalah seorang Jerman dan mulai banyak orang berdatangan dari dalam dan luar negeri. Sang nenek sempat bertanya,"Apakah makam ini akan dipindahkan?" Saya jawab,"Tidak nek, tak ada orang yang akan memindahkan makam ini." Sang nenek pun tersenyum. (icc.wp.com)

Siapa yang menyaksikan peristiwa di bunker saat Hitler bunuh diri? Tidak ada, sumber cerita tersebut hanya dari mulut ke mulut. Dan pada saat itu, walaupun tidak ada saksi dan bukti yang jelas, pihak sekutu tetap mengumumkan secara resmi bahwa Hitler dan istri, Eva Braun telah meninggal.
Kebanyakan bekas tentara Nazi pindah dan kabur ke negara-negara di daerah Amerika Selatan seperti Brasil dan Argentina.
Sedangkan Hitler kabur bukannya ke negara Amerika Selatan, melainkan ke Indonesia lewat Italia, ia memilih Indonesia karena sejak dulu Indonesia tidak ada hubungan diplomatik dengan Israel. Selain itu pada masa lalu di zaman kepemimpinan Soekarno, Indonesia sangat tidak menyukai imperialisme yang dipelopori oleh Inggris dan Amerika.
Memang selama ini Hitler diduga kuat melarikan diri ke suatu negeri di selatan. Salah satu lokasi yang disebut-sebut sebagai tempat persembunyiannya adalah Indonesia, yang diyakini juga oleh Prof. Arysio Santos (Pakar Fisika Nuklir dan Geolog Brazil) "Indonesia adalah Atlantis yang hilang."
Legenda Atlantis dekat dengan agama Nazi, oleh sebab itu sejak lama Hitler memang mencarinya. Di Indonesia pula, Madame Blavatsky yaitu Guru Okultis Hitler, juga tinggal di Indonesia. Namanya dulu diabadikan sebagai nama jalan, kini diganti menjadi Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, di mana Loji Freemason ‘Bintang Timur’ pernah berdiri.
Ditambah lagi dengan adanya sebuah makam misterius di Surabaya diyakini sebagai makam Adolf Hitler. Berbagai petunjuk memang mengarah ke sana. Terlebih Brandenburgers Codex, sebuah manuskrip berbahasa Jerman kuno, ditemukan dan mengindikasikan jika Hitler memang melarikan diri ke Indonesia.
Jadi, bukan tidak mungkin Hitler mati di Indonesia. Karena Indonesia dianggap tempat yang aman, bagi Hitler. Silahkan siapa pun untuk menemukan jawaban yang sesungguhnya. (Ir. KGPH Soeryo Goeritno, Msc.,Penulis Buku/icc.wp.com/dan berbagai sumber lain)


Dikutip dari http://indocropcircles.wordpress.com

PANGLIMA BESAR


 Patung itu berdiri gagah di jalan protokol Ibukota Jakarta, dengan posisi siap sambil memberi hormat. Sejatinya aku tak rela bila sang Jenderal  terus memberi hormat pada gedung-gedung pencakar langit dan mereka yang berlalu lalang di jalan, yang mungkin tak menghiraukan keberadaannya. Harusnya setiap yang memandang patung itu akan bergetar jiwanya, matanya akan berkaca- kaca mengingat patriotisme Jenderal Soedirman.
Saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman sebagai Pimpinan TKR membawa pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda  tanggal 19 Desember 1948. Malam sebelum berperang Soedirman meminta maaf dan agar istrinya berkenan memberikan perhiasan mas kawinnya untuk digunakan sebagai dana bergerilya. Sang istri yang tahu benar keadaan Negara saat itu memberikan harta yang tersisa dengan sangat ihklas. Dalam perjalanan semestinya  Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu dia ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu, memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda secara gerilya.
Jenderal Soedirman yang mendapatkan perintah untuk menhentikan serangan sementara waktu dan menuju Yogyakarta untuk perintah selanjutnya, merasa agak kecewa untuk menghentikan gerilya-nya.  Penyakit yang diderita Soedirman saat berada di Yogyakarta semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena penyakitnya. Yogyakarta yang sedang dikuasai Belanda memaksa Presiden dan Kabinetnya dalam posisi terkurung, walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden Soekarno meminta Pak Dirman untuk istirahat dan memberikan komando gerilya pada bawahannya, “ Jenderal Besar boleh sakit, tetapi Panglima Tertinggi tak boleh sakit,” jawab Soedirman atas permintaan Pak Karno. Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet  ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman yang sedang sakit ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Dalam gerilya ia memimpin pasukan dengan penuh dedikasi tinggi sebagai panglima, meski badannya sakit namun pikiran dan hatinya mampu mengobarkan semangat pasukan dan rakyat. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar dalam perang gerilya melawan Belanda.
Seusai perang oleh Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Soedirman yang terbaring dalam kesakitannya tetap berusaha untuk menunjukkan bakti pada negara. Kepada keluarganya ia tak mampu meninggalkan warisan harta benda, walau ia adalah seorang Jenderal. Namun semangat dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah ia tunjukkan telah memberikan warisan yang teramat besar, tak hanya bagi anak-anaknya, tetapi juga setiap jiwa yang terlahir dari buaian tanah ibu pertiwi.



CINTA ADALAH MEMBERI



Kembang yang bertabur di atas makam itu terasa sama segarnya ketika menghiasi pernikahannya dengan Nita Talina. Rully Armada seorang pria rupawan dan mapan bersimpuh di samping pusara istrinya, wanita yang ia pilih untuk menumpahkan seluruh cinta dan ketulusannya.
Sejatinya semenjak pacaran Rully telah mengetahui bahwa sang kekasih telah mengidap penyakit kanker yang aneh, tetapi itu semua tak menjadi aral baginya untuk menyanyangi dan memberikan perhatian penuh.
Nita Tilana adalah penyanyi yang tenar di era 90an, ia juga merupakan kakak vokalis band Gigi Armand Maulana. Di saat kesuksesan dalam karier menyanyi dan kehidupan pribadinya, Nita Tilana mendapat cobaan berat. Dia divonis Dokter menderita penyakit yang masih sulit untuk disembuhkan yaitu kanker mulut rahim stadium lanjut. Meski menderita penyakit mematikan tersebut semangatnya untuk terus bergelut dengan musik tetap terus dilakoni sembari melakukan terapi guna kesembuhannya.
Rully yang mengetahui bahwa peluang hidup kekasihnya tak lama, justru tak menyurutkan langkah sejengkalpun untuk meminang Nita. Ia ingin menemani dan memberikan kebahagiaan di saat-saat terakhir sang kekasih. Seusai menikah Nita harus sering melakukan terapi yang memakan biaya dan tenaga. Rully sebagai suami, turut berbagi kesedihan dan kesulitan yang dialami istrinya. Hasrat sebagai seorang lelaki normalpun mampu ia kesampingkan,”Pernikahan itu bukan cuma sex,” begitu ujarnya. Sentuhan dan cumbu penuh kasih sudahlah cukup membahagiakan bagi pasangan yang baru menikah itu. Nitapun menyadari segala kekurangnya sebagai istri, ia pernah berpesan pada  sang suami agar segera menikah setelah kepergiannya, tetapi sungguh hal itu tak terbersit dalam pikiran Rully.
Perjuangan Nita melawan penyakitnya akhirnya berakhir. Setelah mencoba berbagai terapi sampai ke luar negeri, tanggal 10 Agustus 2000 Nita Tilana dipanggil Sang Khalik untuk selama-lamanya. Hingga saat-saat terakhir Rully tetap setia mendampingi sang istri, ketulusan dan cinta yang telah ia berikan tak butuh penghargaan ataupun balasan.


CINTA HANYALAH SARANA


Matanya berkaca-kaca memandang kosong ke depan toko, lamunannya menyeberang ke suatu waktu yang lalu. Saat ia merasa seluruh semangat dan jerih payahnya membuyar hilang, seperti dedaunan kering  tersapu badai. Galleri kerajinan  yang baru 3 bulan dijalankan harus ia tutup. Modal usaha yang dijanjikan rekan kerja dan bantuan memasarkan barang tak ternyata, terjepitlah ia tak bisa berbuat banyak.
Galleri yang Kaloka buka dari pagi ke sore selama tiga bulan itu ternyata tak satupun terjual, mereka yang datang cuma melihat dengan tawaran harga yang tidak sepantas. Tempat galleri yang ia sewa di kota rantau itu, ternyata oleh rekannya diberikan di daerah pinggiran kota yang penduduknya banyak menjadi buruh pabrik dan pekerja harian, jadi barang kerajinan di gallerinya seakan menjadi barang mewah.
Dalam keadaan yang susah itu, ia seakan memperoleh suatu penyinaran dalam hatinya. Pikirannya terngiang-giang seorang sahabat ketika masih sekolah, ia wanita yang manis, pintar dan berakhlaq. Dalam hatinya tertanam rasa kagum bercampur perasaan kasih. Teringat kisah Afa nama gadis itu, saat bersekolah sudah “bercinta monyet” dengan teman dekatnya sendiri, karenanya perasaan Kaloka simpan dalam hatinya sendiri. Suatu waktu tak sengaja ia melihat surat curhat Afa pada teman wanitanya, ia seakan berteriak di surat itu. Ternyata Afa telah putus cinta, ia bercerita tentang kegundahan hatinya, dan doa-doa penuh tangisan usai sholatnya. Mata Kaloka ternganga melihat kisah yang dianggapnya seperti kisah novel, cinta Afa yang dikiranya cinta monyet ternyata sebuah ketulusan kasih pada lawan jenisnya.
Kaloka seolah merasakan kegaguman dan perasaan suka pada Afa kembali tertanam, bahkan lebih dalam. Padahal mereka sudah 5 tahun tak pernah bertemu usai lulus sekolah. Hanyalah sekali berjumpa, waktu reuni  itupun 2 tahun yang lalu.  Perasaan dekat dengan sang gadis idaman bahkan rasa ingin memilikinya begitu dalam, tetapi kesadarannya tetaplah terjaga. Kaloka tahu bahwa itu hanyalah angan di saat pikirannya sedang terpuruk kacau. Namun banyangan Afa selalu muncul, semangatnya untuk dapat bertemu lagi dengan Afa dengan keadaan yang lebih baikpun mulai membara dalam hatinya. “Untuk dapat mendekati Afa yang pintar, cantik dan terlebih anak seorang Ustazd, maka aku harus menjadi orang yang bertaqwa dan sukses,” teriakan itu menggelora dalam hati Kaloka. Ia yang dulu sholatnya molor waktu dan malas ibadah sunah, mulai berubah. Khumandang azan ia sudah berada di masjid, bahkan terkadang menjadi muadzin. Hujan rintih di waktu subuh tak menghalangi jalannya beribadah. Mulai terbiasa terbangun di akhir malam, mungkinjuga karena lapar perutnya, ia mendirikan sholat tahajjud, berdzikir dalam keheningan. Sholat Dhuha di pagi hari, Puasa Daudpun mulai ia jalani. Sungguh semangat untuk bangun dari keterpurukan dan menjadi pribadi yang beriman bangkit oleh bayangan cinta Afa.
Usaha galleri Kaloka akhirnya ditutup, ia pindah ke lain kota.  Kaloka mulai mencari pekerjaan sembari memasarkan sisa kerajinannya. Ia masih terbebani mengembalikan modal usaha yang berasal dari saudara-saudaranya. Keadaan membaik, ia  mulai mendapat kepercayaan memasarkan barang dari teman-teman lamanya.  “ Hadapi apa yang ada, hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini, perlakukan yang terbaik, jangan menyerah….jangan menyerah…jangan menyerah,” sepotong lirik lagu Jangan Menyerah d'Masiv turut menggugah semangat untuk bangun dari kesusahan.
Kini setelah Kaloka mulai merintis usahanya lagi, seolah ia ingin berterima kasih pada Afa. Atas bayangan gadis itu, yang tulus mencintai dan akhlaq yang baik telah mampu membuatnya merasakan rasa kasih cinta, yang telah mampu sarana membakar semangatnya untuk terbangun dari kesusahan dan menjadi pribadi yang lebih bertaqwa. Mungkin Afa  bingung bila Kaloka mengutarakan kisahnya, tetapi ia tetap akan menyimpan rasa kagum,kasih dan keinginan memiliki itu dalam sekotak peti yang terikat kuat di dasar hatinya. Kerugian materi yang pernah ia alami ternyata tak lebih berharga dibanding keuntungan ketaqwaan yang meningkat, dan biarlah tetap bisa merasakan nikmatnya mencinta dalam angan.

HOEGENG, KAPOLRI ANTI SOGOK

Di Indonesia ada sebuah sindiran bahwa  hanya ada 3 polisi yang tidak bisa disogok : patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng. Hoegeng Iman Santoso adalah Kapolri di tahun 1968-1971. Ia juga pernah menjadi Kepala Imigrasi tahun 1960, dan juga pernah menjabat sebagai menteri di jajaran kabinet era Soekarno. Kedisiplinan dan kejujuran selalu menjadi simbol Hoegeng dalam menjalankan tugasnya. 

Indonesia kini terpuruk oleh budaya korupsi dan sogok-menyogok, budaya yang telah masuk dan merusak sendi-sendi moral bangsa dari level tertinggi hingga level terendah. Siapapun seakan ingin mendapatkan uang secara instan meskipun bertentangan dengan norma. Bahkan, agama sebagai tiang masyarakat sudah semakin kesulitan untuk menangkalnya. Percaya atau tidak, kondisi yang terjadi sekarang ini ternyata tidak jauh berbeda dengan 40 tahun silam. Namun saat itu bisa muncul seorang Hoegeng diantara banyaknya pejabat yang korup.
Salah satu bentuk kejujuran beliau misalnya, ia pernah menolak hadiah rumah dan berbagai isinya saat menjalankan tugas sebagai Kepala Direktorat Reskrim Polda Sumatera Utara tahun 1956. Ketika itu, Hoegeng dan keluarganya lebih memilih tinggal di hotel dan hanya mau pindah ke rumah dinas, jika isinya hanya benar-benar barang inventaris kantor saja. Semua barang-barang lukisan pemberian  akhirnya ditaruh Hoegeng dan anak buahnya di pinggir jalan saja. ” Kami tak tahu dari siapa barang-barang itu, karena kami baru datang dan belum mengenal siapapun,” kata Merry Roeslani, istri Hoegeng. Saking jujurnya, Hoegeng baru memiliki rumah saat memasuki masa pensiun. Atas kebaikan Kapolri penggantinya, rumah dinas di kawasan Menteng Jakarta Pusatpun menjadi milik keluarga Hoegeng.

Tentu saja, mereka mengisi rumah itu setelah seluruh perabot inventaris kantor ia kembalikan semuanya. Polisi Kelahiran Pekalongan tahun 1921 ini, sangat gigih dalam menjalankan tugas. Ia bahkan kadang menyamar dalam beberapa penyelidikan. Kasus-kasus besar yang pernah ia tangani antara lain, kasus pemerkosaan Sum tukang jamu gendong atau dikenal dengan kasus Sum Kuning, yang melibatkan anak pejabat. Ia juga pernah membongkar kasus penyelundupan mobil yang dilakukan Robby Tjahjadi, yang notabene dekat dengan keluarga Cendana.
Kasus inilah yang kemudian santer diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng oleh Soeharto. Hoegeng dipensiunkan oleh Presiden Soeharto pada usia 49 tahun, di saat ia sedang melakukan pembersihan di jajaran kepolisian. Kabar pencopotan itu diterima Hoegeng secara mendadak. Kemudian Hoegeng ditawarkan Soeharto untuk menjadi duta besar di sebuah Negara di Eropa, namun ia menolak. Alasannya karena ia seorang polisi dan bukan politisi. Memasuki masa pensiun Hoegeng menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya sejak remaja, yakni bermain musik Hawaian dan melukis. Lukisan-lukisan itulah yang kemudian menjadi sumber Hoegeng untuk membiayai keluarga. Untuk diketahui, pensiunan Hoegeng hingga tahun 2001 hanya sebesar Rp.10.000 saja, itu pun hanya diterima sebesar Rp.7500 sampai akirnya beliau wafat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Rabu 14 Juli 2004 pukul 00.30. 
Bagaimana seorang Hoegeng bisa bertahan di tengah kesulitan menghadapi tekanan-tekanan yang ada ketika beliau memposisikan kejujuran, kesederhanaan dan kerendah hatian sebagai panglima dalam sikap hidupnya sehari-hari. Menjadi orang jujur itu bukan perkara mudah. Kejujuran yang dimiliki Hoegeng tidak muncul dan bertahan begitu saja. Dibutuhkan berbagai faktor-faktor pendukung, baik internal maupun eksternal agar sikap jujur yang biasanya ditanamkan sejak kecil bisa dijalankan secara konsisten. Belajar dari kisah Hoegeng, ada beberapa alasan mengapa beliau bisa tetap mempertahankan idealismenya hingga akhir hayat.

1. Didikan Masa Kecil
Hoegeng terlahir dalam lingkungan penegak hukum yang jujur dan profesional. Ayahnya, Sukario Hatmodjo, adalah seorang jaksa di Pekalongan. Meskipun berasal dari kalangan birokrat, ayahnya tidak sempat memiliki tanah dan rumah pribadi hingga akhir hayat. Pendirian ayahnya satu: “yang penting dalam kehidupan adalah kehormatan, jangan merusak nama baik dengan perbuatan mencemarkan”.
Salah satu sahabat ayahnya yang telah mengilhami Hoegeng untuk menjadi polisi bernama Ating Natadikusumah yang saat itu menjabat sebagai Kapala Jawatan Kepolisian Karesidenan Pekalongan, dengan pangkat Komisaris Polisi Kelas I. Penampilan Ating yang gagah, berwibawa, suka menolong orang dan memiliki banyak teman telah memberikan kesan mendalam bagi Hoegeng kecil.
Satu lagi sahabat ayahnya yang lain yang turut membentuk karakter Hoegeng adalah Soeprapto. Beliau ini jaksa agung 1950-1959 yang pada masa jabatannya berhasil menggiring beberapa menteri ke dalam penjara akibat dugaan kasus korupsi.
Lingkungan seperti inilah yang nampaknya telah menanamkan jiwa kejujuran dan mengormati hukum kepada Hoegeng semenjak kecil. Contoh-contoh teladan yang begitu nyata dan begtu dekat dengannya menyebabkan didikan moral tersebut dapat lebih mudah meresap dan terkristalisasi menjadi pedoman hidupnya kelak.

2. Keinginan Pribadi Yang Kuat
Sebagai abdi masyarakat, ada pandangan hidup Hoegeng yang sangat menarik dan perlu ditiru oleh pejabat-pejabat kita saat ini. Menurutnya, pemerintahan yang bersih harus dimulai dari atas. Seperti halnya orang mandi, guyuran air untuk mebersihkan diri selalu dimulai dari kepala.
Hoegeng percaya, ketika seseorang mendudukui suatu jabatan, akan begitu banyak pihak-pihak dari berbagai kepentingan yang mencoba melakukan pendekatan agar kepentingannya terpenuhi. Ini dialaminya ketika bertugas di Sumatra Utara. Begitu banyak “hadiah” selamat datang yang diterimanya ketika pertama kali menjejakkan kaki di Medan. Dengan tegas, semua hadiah itu ditolak. Sikap Hoegeng yang tidak mampu disogok dengan cara apapun telah menimbulkan geger di masyarakat saat itu. Ia ternyata tidak haus kebendaan. Terlebih ia mampu membongkar berbagai kasus kejahatan kriminal di sana.
Agar mampu bertindak tegas dalam setiap kesempatan, Hoegeng selalu berusaha menutup celah-celah yang bisa dimanfaatkan berbagai pihak untuk menceburkannya ke dalam korupsi. Contoh nyatanya dengan menutup usaha dagang bunga milik istrinya sendiri ketika ia diangkat sebagai Kepala Jawatan Imigrasi. Alasannya sederhana, agar orang-orang tidak beli di toko itu karena jabatannya.
Nampak jelas, betapa Hoegeng tidak dapat dibeli. Sebaliknya, ia menunjukkan sikap seorang pamong sejati yang menempatkan kepentingan masyarakat jauh di atas kepentingan pribadi. Keloyalannya ditujukan kepada institusi tempat ia bernaung, bukan kepada atasan, bukan pula kepada sekelompok kaum berduit.

3. Dukungan Keluarga
Tidak akan ada kesuksesan tanpa dukungan keluarga. Sikap idealisme Hoegeng tidak akan berarti tanpa dukungan penuh dari istri dan anak-anaknya. Sikap keluarga yang tidak menuntut banyak inilah yang memastikan Hoegeng tetap berada di jalur yang benar.
Bayangkan, istri mana yang sanggup menerima tuntutan sang suami untuk menutup bisnis miliknya. Ataupun remaja mana yang dapat menerima perilaku ayahnya yang secara sengaja “menggagalkan” proses pendaftarannya sebagai calon taruna AAU. Semuanya dilakukan demi sebuah idealisme agar tidak dianggap memanfaatkan jabatan. Kalau bukan keluarga Hoegeng, ceritanya mungkin akan berbeda.
Pada akhirnya, bangsa ini sangat membutuhkan Hoegeng-Hoegeng muda. Siapakah mereka? Ya, kita semua. Generasi muda yang telah muak melihat kehancuran di masyarakat. Penolakan-penolakan dari kalangan tua yang sudah lama terbuai oleh nikmatnya candu dunia pastilah ada. Namun jangan anggap penolakan itu sebagai halangan. Anggaplah itu sebagai cambuk agar kita semakin terpacu dan tetap konsisten memberantas kebobrokan moral dan kemunafikan yg terjadi di negara ini. Jika seorang Hoegeng bisa, kitapun pasti juga bisa!



PENGABDIAN AKHIR PRESIDEN MERAPI


Seorang kakek berusia 83 tahun  ditemukan di kamar mandi rumahnya dalam keadaan sujud, tewas karena keganasan awan panas atau wedus gembel dari Gunung Merapi 26 Oktober 2010. Ialah Mbah Maridjan sang Juru Kunci Gunung Merapi, yang merupakan sosok kontroversial dalam tugasnya. Saat Gunung Merapi meletus pada 2006, imbauan pemerintah daerah dan bujukan aparat keamanan agar Mbah Maridjan turun mengungsi tak dihiraukan. Bahkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X telah mengatakan agar perintah pemerintah dipatuhi. "Biarpun saya jadi Sultan, saya tunduk kepada keputusan pemerintah," kata Sultan saat Merapi meletus pada April 2006. 

Juru kunci bergelar Mas Penewu Suraksohargo ini tetap bergeming. "Setiap orang punya tugas sendiri-sendiri. Wartawan, tentara, polisi punya tugas. Saya juga punya tugas untuk tetap di sini," kata Mbah Maridjan.

Mbah Maridjan menjalankan tugasnya dalam kapasitasnya sebagai abdi dalem yang menganut istilah sendika dawuh (siap diperintah). Apapun yang diperintahkan raja adalah kewajiban yang harus dijalani, apapun risikonya. Saat itu, Mbah Maridjan mengatakan, untuk turun, dia harus menunggu perintah Sultan Hamengku Buwono IX. Bagi masyarakat awam, tentu tidak masuk akal karena Sultan Hamengku Buwono IX sudah meninggal. Tapi bagi Mbah Maridjan, itu bukan hal mustahil karena bila bicara tentang Gunung Merapi dan Mbah Maridjan kita tidak bisa lepas dari cerita alam gaib yang berkuasa di kawasan Merapi.

Saat Gunung Merapi berubah status menjadi awas pada 25 Oktober 2010, Mbah Maridjan pun menolak mengungsi. “Lha saya di sini (di rumah) kerasan. Nanti kalau ada tamu ke sini malah kecele kalau saya pergi,” kata Mbah Maridjan.

Bagi Mbah Maridjan, tetap tinggal di rumah lebih aman dan nyaman. Bahkan dengan bertemu para tamu yang silih berganti datang menemuinya untuk meminta nasehat adalah hiburan baginya.
Kepada keluarga, terakhir kali Mbah Maridjan bilang, "Ngantiyo piye aku gak mudun" (meskipun Gunung Merapi meletus saya tidak akan turun)." 

Maridjan yang bernama asli
Mas Penewu Surakso Hargo menjadi juru kunci Gunung Merapi atas perintah Sultan Hamengku Buwono IX. Sebelumnya, tugas berat itu disandang ayahnya, Kerrtorejo, sejak 1950 hingga 1982. Sepeninggal sang ayah, Maridjan diberi kekancingan yang ditugaskan menunggu Gunung Merapi sejak 1983. Tugas utama Mbah Maridjan sebagai juru kunci, sebagai pelaksana upacara sakral tahunan Labuhan Merapi, yaitu sebuah upacara pemberian sesaji kepada gunung Merapi setiap tanggalan Jawa 30 Rejeb.

Sebagai juru kunci Merapi, Maridjan pertama kali hanya menerima upah sebesar Rp 100 (seratus rupiah) pada 1974. Angka itu terus bertambah seiring dengan kenaikan pangkatnya. Upah itu ia terima dari Keraton. Uang bulanan tersebut mesti ia ambil dengan turun gunung setiap bulannya ke keraton yang berjarak sekitar 30 kilometer. 

Semua pengabdian yang ia bawa hingga ajal adalah sebagai wujud tanggung jawab, tak hanya kepada pimpinannya, tetapi juga pada masyarakat yang ia naungi, alam yang ia jaga dan wujud kepasrahan yang ikhlas pada Yang Maha Kuasa.

SEORANG KEJAWEN TUA

 Wajah dan kulit keriput membungkus tulangnya yang mulai rapuh, rambutnya menipis putih agak mengkilat. Malam itu dilahapnya nasi putih dengan lauk daun pepaya dan tempe rebus,sikiranya itu bisa dijadikan buka puasa. Seorang yang berumur lebih dari 70 tahun masih rajin berpuasa mutih, menjalankan amalan-amalan yang dipercayainya. Mbah Pardi begitu orang tua itu biasa disapa, hidup di pesisir Jawa Tengah di lingkungan desa yang cukup tenan.
 Masa muda ia adalah pegawai rumah sakit swasta bagian mesin, kerjaan utamanya ialah merawat mesin diesel dan instalasi listrik. Padahal ia tak lulus sekolah dasarpun, semua ia pelajari otodidak dari ikut bekerja di bengkel orang. Mbah Pardi sosok yang giat, bersahaja dan sopan, mulai dari tukang kebun hingga Kepala Rumah Sakit akrab dengannya. " Sopan iku kudu digowo ngendi wae, ben dihormati wong liyo !" begitu pesan pada cucunya agar selalu menjaga kesopanan dimanapun berada, mungkin itu pulalah yang membuat banyak orang akrab dengannya. Selain rajin di kerjaannya iapun sangat peduli, janin pasien yang keguguran biasanya oleh pihak rumah sakit akan dibuang begitu saja di bak sampah, ia mengambil mayat orok itu untuk diurus dan dimakamkan dengan layak. Hampir separoh hidupnya ia abdikan bekerja di rumah sakit hingga pensiun akhir 80an.
Keseharian di hari tua ia gunakan untuk mengasuh cucu-cucu dan membantu mengurus rumah ketiga anaknya secara bergantian. Mbah Pardi sosok yang menganut paham kejawen, suatu paham yang mencampurkan budaya jawa dalam ibadah agama Islam. Ia bermeditasi, puasa, terjaga di malam hari untuk melatih ilmu kebatinannya. Sejatinya semua itu ia lakukan bukan untuk memperoleh kekayaan dan kekuasaan, melainkan cara untuk bertahan membela diri dan untuk kesejahteraan. Ia tak mau beradu fisik, melainkan mengalahkan orang yang hendak mencelakainya dengan pandangan kekuatan batin, ia tak mau membenci orang yang tak menyukainya, karena menurutnya api tak pernah padam dengan api. Begitupun terkadang diminta mengobati tetangganya yang sakit atau, ia tak jumawa dengan ilmu yang dimiliki. Tetap ia berpuasa mutih walau badan tuanya mengkurus layu, hingga ia tak sanggup berdiri dengan kedua kakinya. Semua dilakukan sebagai wujud doa kepada Tuhan untuk kebahagiaan, kesejahteraan anak cucunya nanti, bukan untuk dirinya pribadi. Prinsip hidup dengan damai dan menjadi bermanfaat bagi orang lain ia bawa sampai ajal menjemputnya.